– Belakangan banyak orang menyuarakan #KaburAjaDulu Untuk Indonesia dan tinggal Di luar negeri Di Di berbagai masalah tak kunjung reda. Mereka berharap kepergian Untuk Tanah Air bisa membawa perubahan dan nasib baik.
Hanya saja, tak sedikit orang menilai keputusan kabur bukan bentuk nasionalisme atau cinta Tanah Air. Padahal, tinggal Di luar negeri tidak ada pengaruhnya Di kelunturan nasionalisme. Sejarah telah membuktikan banyak orang kabur dan tetap mencintai Tanah Air. Justru, bisa membela Indonesia dan membuat prestasi membanggakan yang mencetak sejarah.
Salah satu orang yang membuktikan hal ini adalah pria asal Pasuruan, Jawa Timur, bernama Ario Soejono. Dia kabur Untuk Indonesia Di 1942 dan membuat sejarah yang tak pernah bisa lagi dilakukan sampai Di ini.
Kabur Ke Inggris
Soejono merupakan orang yang lama berkecimpung Di dunia pemerintahan kolonial Belanda. Sebagai anak bupati dan bangsawan, dia Memperoleh karier cemerlang. Awalnya bekerja sebagai asisten wedana Di 1911 dan Lalu menanjak hingga menjabat Bupati Pasuruan periode 1915-1927.
Di dilantik, pria kelahiran 31 Maret 1886 ini Karena Itu bupati termuda, yakni berusia 30 tahun. Justru Untuk waktu bersamaan, dia juga menjadi anggota Legislatif Volksraad (1920-1930). Semua ini membuatnya Karena Itu salah satu pejabat cukup bersinar Di masa kolonial. Alhasil, dia pun menjadi andalan pemerintah kolonial.
Sayang, kedekatan Bersama pemerintah kolonial malah membawa malapetaka Di 1942. Tahun itu terjadi pergantian kekuasaan Di Indonesia. Negeri kolonial Hindia Belanda bubar dan diganti penjajahan Jepang.
Situasi Bersama cepat berubah dan menjadi kacau. Bagi orang Eropa dan para pejabat Di pemerintahan kolonial, kedatangan Jepang menjadi malapetaka. Sebab bisa saja mereka nanti ditahan Dari tentara Jepang. Atas dasar ini, mereka lantas kabur Ke luar negeri, termasuk Ario Soejono.
Harry A. Poeze Untuk Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia Di Negeri Belanda, 1600-1950 (2008) menyebut, Soejono pergi meninggalkan Indonesia Bersama cepat Ke Australia bersama van Mook dan Loekman Djajadiningrat. Untuk Australia Soejono pergi Ke London, tempat pengasingan pemerintahan Belanda sebab ketika itu Amsterdam diduduki Nazi Jerman.
Cetak Sejarah & Bela RI Untuk Eropa
Ketibaan Soejono Di London Untuk rangka melarikan diri Untuk kekacauan Tanah Air disambut baik pemerintah Belanda. Untuk pemberitaan koran de Avondpost (6 Januari 1943), sebagai bentuk mencari Pemberian Kelompok Indonesia, Perdana Pejabat Tingginegara Pieter Sjoerd Gerbrandry mengangkat Soejono sebagai Pejabat Tingginegara Untuk Tim Pejabat Tingginegara Belanda Di 9 Juni 1942.
Karenanya, Soejono mencetak sejarah yang tak pernah terulang kembali sampai Di ini, yakni menjadi Warga Negeri Indonesia pertama dan terakhir yang duduk sebagai Pejabat Tingginegara Di Belanda. Sekaligus juga Pejabat Tingginegara pertama dan terakhir Di Tim Pejabat Tingginegara Belanda yang bukan Warga Negeri Belanda.
“Di bersejarah, Lantaran sekarang Sebagai pertama kalinya seorang putra bangsa Indonesia menjadi anggota pemerintahan Belanda,” kata PM Gerbandry Untuk pidato kenegaraan.
Meski begitu, Soejono tetap punya nasionalisme tinggi. Keberadaan Di luar negeri dan statusnya sebagai pejabat yang punya pengaruh besar digunakan Sebagai menyuarakan kepentingan dan kemerdekaan Indonesia.
Pada Karena Itu Pejabat Tingginegara, Soejono diketahui memanfaatkan suaranya Sebagai memberi masukan ihwal tata Negeri Indonesia jika Konflik Bersenjata Dunia II (1942-1945) sudah selesai.
“Sebagai itu, Soejono Berkata bahwa Kelompok Indonesia ingin memutuskan hubungan Bersama Negeri Belanda. Lantaran itu, menurut Soejono, pernyataan Belanda harus menjamin lahirnya kebersamaan sukarela dan ikatan ketatanegaraan,” tulis Harry A. Poeze.
Soejono ingin pemerintah tak hanya memikirkan kesetaraan Di Belanda dan Indonesia, tapi juga hak-hak warga Indonesia dan kemerdekaan sepenuhnya.
“Menurut Soejono, Indonesia harus merdeka sepenuhnya,” ungkap Martin Bossenbroek Untuk Pembalasan Dendam Diponegoro (2023)
Akansegera tetapi, penjajah tetap penjajah yang bermotif politik dan ekonomi. Saran Soejono sama sekali tak digubris Tim Pejabat Tingginegara Belanda. Mereka menganggap Permintaan pria asal Pasuruan itu tak realistis. Belanda tak mau Indonesia merdeka Lantaran ada motif ekonomi besar.
Soejono Justru mengulangi pernyataan itu sampai 2-3 kali. Akan Tetapi, semuanya lagi-lagi diacuhkan. Sadar kondisinya dihimpit, Soejono ogah mundur. Dia tetap mempertahankan posisinya Sebagai Indonesia. Hanya saja, upaya ini tak lama Lantaran dia dikucilkan dan diasingkan Di London
Pengasingan ini berujung Di kematian Ario Soejono Di usia 56 tahun Di 5 Januari 1943.
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Kebugaran RI Kacau, Pria Pasuruan Pilih Kabur & Cetak Sejarah Di Eropa