Tingginya antusiasme umat Muslim Indonesia pergi haji membuka Potensi Usaha Bagi agen travel swasta Bagi membantu perjalanan Hingga Tanah Suci. Sayang, Potensi ini sering disalahgunakan.
Banyak travel menipu jemaah Untuk keuntungan semata. Modusnya beragam, Untuk penelantaran hingga yang paling ekstrem, yakni membawa jemaah Bagi mempekerjakan mereka secara paksa.
Tindak Kejahatan ini pernah terjadi ratusan tahun lalu Dari travel Al-Segaf yang mengarahkan para jemaah haji Bagi kerja paksa Ke perkebunan.
Pekerja Paksa
Ke akhir abad Hingga-19, seorang warga Arab bernama Sayid Muhammad bin Ahmad al-Segaf mendirikan perusahaan travel haji bernama Firma Al-Segaf. Kantornya berpusat Ke Singapura.
Travel ini berkembang cepat dan menjadi pilihan utama jemaah haji Untuk Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dan Singapura Hingga Makkah. Nama Al-Segaf memang sudah dikenal luas Ke kawasan Malaya sebagai pengusaha besar.
Selain travel, dia juga Memiliki perkebunan karet Ke Pulau Cocob, Johor. Gabungan Usaha haji dan perkebunan menjadikannya salah satu orang terkaya Ke Semenanjung Melayu.
Akan Tetapi, seiring waktu, Usaha karet Merasakan tekanan. Upah buruh melonjak, Agar perusahaan kesulitan membayar pekerja. Agar kebun tidak terbengkalai, Al-Segaf butuh tenaga kerja murah.
Ke sinilah niat buruk muncul ketika melihat Potensi Untuk kesulitan yang dialami para jemaah haji asal Indonesia.
Sejarawan Henry Chambert-Loir Untuk Naik Haji Ke Masa Silam (2013) menyebut, para jemaah haji Indonesia sering terlantar Ke Makkah Lantaran kehabisan ongkos perjalanan pulang Hingga Tanah Air. Ini terjadi Lantaran mereka memaksakan berhaji, tanpa persiapan Keuangan matang.
Melihat situasi tersebut, Al-Segaf memanfaatkan celah. Dia menawarkan Pemberian berupa pinjaman uang kepada para jemaah agar bisa kembali Hingga Tanah Air. Akan Tetapi, ada syaratnya, yakni mengganti nominal uang pinjaman hingga lunas Bersama bekerja Ke perkebunan karet miliknya Ke Johor.
Para jemaah yang tergiur jelas Memperoleh tawaran daripada harus terlantar Ke Bangsa orang. Mereka pun setuju. Berdasarkan “Surat Untuk Konsul Belanda Ke Jedah Hingga Konsul Belanda Ke Singapura” (27 Juni 1896) diketahui, rata-rata setiap jemaah Menyambut pinjaman Disekitar US$50 Bersama skema cicilan Pada 80 kali pembayaran.
Akan Tetapi, semua itu hanyalah Strategi licik Al-Segaf. Sesampainya Ke perkebunan karet, para jemaah dipaksa bekerja Untuk waktu lama Bersama upah rendah. Kebutuhan hidup tinggi ditambah kewajiban melunasi cicilan membuat mereka terpaksa mengajukan pinjaman lagi Untuk bertahan hidup.
Secara matematis, skema ini hampir mustahil dilunasi. Akhirnya, mereka terperangkap Untuk lingkaran hutang yang membelenggu. Ke titik inilah mereka terjerat kerja paksa.
Pemerintah Turun Tangan
Pada berada Ke Pulau Cocob, para jemaah asal Indonesia hidup Untuk kesengsaraan. Mereka terjebak Untuk jeratan hutang, kerja paksa dan tanpa kebebasan. Situasi ini berlangsung bertahun-tahun. Jumlah korban pun terus bertambah.
Situasi memprihatinkan ini akhirnya Memikat perhatian pemerintah kolonial. Lewat Konsulat Belanda Ke Jeddah, kabar tentang nasib para jemaah sampai Hingga pemerintah Hindia Belanda Ke Batavia (kini Jakarta). Lalu diteruskan Hingga pemerintah Belanda Ke Den Haag. Terakhir sampai Hingga pemerintah Inggris sebagai penguasa Singapura.
Masalah ini pun menjadi perhatian serius ketiga pihak, terutama Pembantu Presiden Tim Menteri Luar Negeri Belanda. Untuk arsip “Surat Pembantu Presiden Tim Menteri Luar Negeri Belanda Bagi Konsul Belanda Ke Singapura“ tertanggal 10 April 1895, disebutkan kalau sang Pembantu Presiden Tim Menteri menaruh fokus besar Ke Tindak Kejahatan ini.
“Perhatian khusus tertuju Ke laporan penjualan para jemaah haji sebagai budak pekerja paksa Dari firma lokal Ke Singapura Pada para jemaah asal Hindia Belanda yang tidak mampu membayar ongkos pulang. […] Saya meminta Yang Mulia melakukan penyelidikan serius.” ungkapnya.
Ke Di bersamaan, sebagai respons, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Membahas sejumlah langkah Bagi menekan agen travel tersebut. Gubernur Jenderal memang tak bisa membebaskan para jemaah Untuk jeratan utang dan hanya bisa melakukan langkah agar Firma Al-Segaf berhenti beroperasi.
Dia mengusulkan agar semua kapal jemaah haji tidak singgah Ke Singapura. Lalu Merangsang pemerintah Inggris Ke sana Bagi memberlakukan aturan ketat Pada operasional Firma Al-Segaf.
Singkat cerita, Setelahnya Lewat serangkaian lobi dan kerja sama antar pemerintah, praktik licik Al-Segaf dapat berhenti. Para jemaah haji asal Indonesia pun perlahan berhasil dipulangkan Hingga Tanah Air. Sayid Muhammad bin Ahmad al-Segaf Lalu tak lagi Dari Sebab Itu pengusaha travel.
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Travel Ternama Jebak Jemaah Haji RI, Disuruh Kerja Paksa Ke Perkebunan