Berkat Didikan Ayah, Putra Orang Terkaya RI Putuskan Hidup Miskin




Menjadi anak orang kaya biasanya berarti hidup nyaman, serba cukup, dan terbebas Bersama kekhawatiran ekonomi. Tapi tidak demikian Untuk R.M. Soerjopranoto.

Meski lahir Bersama keluarga bangsawan Jawa yang sangat kaya, dia justru memilih jalan hidup yang berlawanan, yakni meninggalkan kemewahan dan Kehidupan Kompleks bersama rakyat kecil.

Nama Soerjopranoto Bisa Jadi tak sepopuler kakaknya, Ki Hajar Dewantara, bapak Belajar nasional. Akan Tetapi, perjuangan dan idealismenya tak kalah besar. Dia sebenarnya berada Hingga jalur keturunan penguasa Kadipaten Pakualaman.

Akan Tetapi, takhta itu sirna Lantaran ayahnya, Haryo Soerjaningrat, gagal menjadi raja akibat kebutaan. Meski begitu, harta keluarga tak ikut hilang. Mereka tetap hidup Untuk kekayaan dan kehormatan sebagai bangsawan.

Hanya saja, Sebelum kecil Soerjopranoto sudah Menunjukkan sikap berbeda. Dia dan saudara-saudaranya dibesarkan Untuk nilai kesetaraan Dari sang ayah. Mereka diajarkan Untuk menghormati semua orang, tanpa memandang status sosial.

Alih-alih tumbuh Untuk lingkaran elit istana, Soerjopranoto justru sering bermain dan bergaul Bersama anak-anak kampung-anak-anak Bersama keluarga miskin. Kebiasaan ini lantas membentuk empatinya.

Dia tumbuh melihat langsung kerasnya hidup Hingga luar istana. Dan Bersama sanalah muncul kesadaran. Kekayaan yang dia miliki tak berarti apa-apa jika rakyat Hingga sekitarnya menderita

Apalagi ketika Mengetahui Kemiskinan Global ini bukan hal alami, melainkan hasil Bersama sistem kolonial yang menindas dan menciptakan ketimpangan sosial.

Salah satu Pengalaman Hidup yang membekas adalah Di melihat langsung nasib para buruh perkebunan tebu. Para kuli hanya dibayar 12 sen sehari, Sambil Itu mandor yang hanya duduk-duduk bisa Menyambut 500 gulden.

Ketimpangan ini membuatnya menangis. Hatinya terpukul. Dia muak Bersama gemerlap istana dan mulai menaruh benci Di pemerintahan kolonial.

Sebelum Di itu, dia menolak menjadi Pada Bersama sistem yang menindas. Justru ijazah hasil susah payah Bersama sekolah Belanda pun disobek sendiri.

“Sebelum detik ini aku tidak sudi lagi bekerja Untuk pemerintah Belanda,” tegasnya lantang.

Keputusan itu bukan sekadar emosi sesaat. Hingga awal 1900-an, Soerjopranoto benar-benar meninggalkan warisan, gelar, serta kemewahan istana. Dia memilih keluar dan hidup Hingga Di rakyat jelata. Dia mulai Bersama nol, Kehidupan Kompleks dan tanpa fasilitas. 

Di 1920-an, dia ikut mengajar Hingga sekolah Taman Siswa milik adiknya. Hingga sana, dia menyatu Bersama perjuangan Belajar dan pencerahan rakyat. Tak hanya itu, dia juga aktif Hingga berbagai organisasi pergerakan seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam.

Akan Tetapi peran paling besar yang dia mainkan adalah Hingga bidang perburuhan. Dia menjadi tokoh yang memimpin pemogokan buruh secara besar-besaran-yang pertama kali terjadi Untuk sejarah Indonesia.

Aksinya mengguncang pemerintahan kolonial dan membuat namanya dikenal luas. Lantaran keberaniannya itu, dia dijuluki “raja mogok.”

Semua perjuangan itu akhirnya mencapai puncaknya Di Indonesia merdeka Di 1945. Tapi Soerjopranoto tidak berubah. Meski bangsa telah merdeka, dia tetap memilih hidup Hingga Di rakyat, jauh Bersama gemerlap kekuasaan, dan setia Di idealismenya sampai akhir hayat.

Catatan:

Naskah ini merupakan Pada Bersama CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah Untuk menjelaskan Situasi masa kini lewat relevansinya Hingga masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga Memperkenalkan nilai-nilai kehidupan Bersama masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran Hingga hari ini.

Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Berkat Didikan Ayah, Putra Orang Terkaya RI Putuskan Hidup Miskin