Jakarta –
PT Produksi Sinema Negeri (Persero) atau BUMN yang memproduksi Sinema ‘Si Unyil’ masih Memiliki pendapatan yang kecil. Didalam Kepuasan tersebut, gaji para direksinya pun hanya mampu dibayar setengahnya.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Yadi Jaya Ruchandi. “Sekarang pendapatan PFN itu minim sekali, Justru gaji direksinya pun dibayar hanya setengahnya,” katanya Di Diskusi Dengar Pendapat Didalam Komisi VI Lembaga Legis Latif RI, Jakarta, Senin (10/3/2025) kemarin.
PFN direncanakan Sebagai melakukan inbreng dan bergabung Didalam Danareksa sebagai holding BUMN guna memperkuat posisi PFN sebagai BUMN pembiayaan perfilman. Sinergi ini diharapkan mampu Memberi kontribusi yang lebih besar Di Pembuatan ekosistem perfilman Indonesia.
“Dari Sebab Itu memang Di Di ini PFN walaupun belum diinbrengkan Hingga Danareksa, kita sudah membuat Wacana kerja Yang Terkait Didalam bagaimana Usaha modelnya Hingga Di,” ucap Yadi.
PFN resmi berubah bentuk Di Perusahaan Umum (Perum) menjadi perusahaan perseroan (Persero) per Agustus 2023. Hal itu dilakukan Lewat penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2023.
Wacana Penyehatan BUMN ‘Si Unyil’
Yadi mengatakan pihaknya sudah membuat Wacana kerja atau Usaha model PFN Hingga Di. Meski begitu, realisasinya nanti seperti apa tergantung Badan Pengelola Penanaman Modal Di Negeri Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang Berencana mengelola semua aset BUMN.
“Rencananya Berencana diinbrengkan Hingga Danareksa, tetapi tergantung Di induk kami nanti Danantara terserah mau seperti apa, apakah mau diinbrengkan Hingga yang lain atau Hingga kita, kami nurut saja. Kalau Di kami bagaimana kita membuat Usaha modelnya,” kata Yadi.
Upaya penyehatan yang Berencana dilakukan yakni bagaimana optimalisasi aset PFN Sebagai mendukung perannya sebagai BUMN pembiayaan Sinema. Disebutkan bahwa ada dua aset PFN yang berlokasi Di Jalan Otista dan Tendean.
“Itu kalau kita bisa optimalkan, itu sebetulnya bisa menjadi modal Sebagai PFN menjadi Sinema financing business model,” ucap Yadi.
Sebagai aset yang berlokasi Di Jalan Otista, kata Yadi, Berencana direvitalisasi seperti Lokananta yang berbasis Sinema sebagai tempat Sebagai berkumpulnya para insan perfilman. Di Situasi Ini pihaknya Berencana menggandeng PT Nindya Karya (Persero).
“Kita membuat suatu ekosistem Di mana para insan perfilman punya tempat ngumpul lah istilahnya seperti Taman Ismail Marzuki, tapi ini lebih spesifik Hingga Sinema yang lokal, itu yang Lagi kita kerjakan,” bebernya.
Nah pendapatan Di optimalisasi aset PFN itu Berencana digunakan Sebagai Mendorong agar operasional perusahaan berjalan stabil. Setelahnya itu, PFN Berencana mengkurasi berbagai macam Sinema Sebagai didanai Didalam skema crowdfunding.
“Pembiayaan Sinema yang Lagi direncanakan PFN bentuknya crowd financing, Dari Sebab Itu beberapa investor masuk Sebagai membiayai satu project tertentu dan PFN Di sini menjadi salah satu co-investornya. Di ini ada dua Sinema yang Lagi mereka garap Didalam co-investor-co-investor lainnya,” imbuhnya.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita: BUMN ‘Si Unyil’ Kantongnya Masih Tipis, Gaji Direksi Dibayar Separuh