Saham gorengan merupakan istilah yang merujuk Ke saham yang Merasakan kenaikan luar biasa akibat dimanipulasi. Saham gorengan dapat diartikan sebagai saham perusahaan yang kenaikannya Ke luar kebiasaan Sebab pergerakannya Lagi direkayasa Dari pelaku pasar Di tujuan kepentingan tertentu.
Meski berisiko tinggi, saham gorengan kerap dimanfaatkan Dari sejumlah trader Untuk meraup untung Untuk waktu sikat.
Jika Anda Terbaru terjun Ke Penanaman Modal saham, penting Untuk memahami bahwa Aksi Ketidak Setujuan saham gorengan ini kerap menelan korban para investor ritel. Seperti yang terjadi Untuk Peristiwa Pidana Penyuapan dana pengelolaan Penanaman Modal PT Asabri (Persero) dan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) akibat praktik manipulasi perdagangan saham Ke Tanah Air.
Berikut adalah ciri-ciri saham gorengan.
Masuk daftar UMA
Salah satu ciri saham gorengan adalah masuk Di Untuk daftar unusual market activity (UMA). Saham tersebut biasanya disemprit duluan Dari PT Bursa Efek Indonesia Sebab kenaikan yang terlalu ekstrem lebih Untuk 2 hari. Definisi ekstrem adalah naik hingga batas terbesar harian (auto reject atas, ARA), baik 20%, 25%, atau 35% per hari, tergantung Untuk harga sahamnya.
Untuk kelas saham Ke atas Rp 5.000/saham, ARA-nya hanya 20%. Saham Ke Di Rp 200-Rp5.000/saham 25%. Dan saham Di harga Rp 50-Rp 200/sahama adalah sebesar 35% per harinya.
Sebab sudah masuk radar bursa, maka UMA juga dapat menjadi alarm dan peringatan kepada investor dan trader Ke pasar bahwa penguatan harganya sudah Ke luar kebiasaan dan ada kemungkinan saham tersebut Lagi dibandari predator pasar.
Volume dan nilai transaksi
Samping Itu investor juga dapat melihat Untuk volume dan nilai transaksi harian saham tersebut. Lazimnya saham gorengan Memperoleh kapitalisasi pasar yang kecil dan masuk kategori lapis dua atau saham lapis tiga, tetapi volume dan nilai transaksi hariannya sangat tinggi dibandingkan Di perusahaan sejenis, Malahan menyamai transaksi saham unggulan (blue chip).
Sebagai informasi, kapitalisasi pasar adalah ukuran besarnya sebuah perusahaan, didapatkan Untuk jumlah saham beredar perseroan dikalikan harga pasarnya. Untuk membandingkan sebuah perusahaan Di satu atau lebih perusahaan lain yang sejenis, sebaiknya memperhatikan juga kapitalisasi pasarnya Sebab selisih yang terlalu jauh Akansegera menyebabkan perbandingan kedua saham kurang berimbang.
Di kapitalisasi pasar yang kecil dan/atau kepemilikan investor ritel yang mini, maka bandar dapat lebih mudah dan lebih murah mengelola saham-saham gorengan yang menjadi komoditasnya Ke Pasar Saham.
Bid dan offer tidak wajar
Bid adalah antrian beli saham Ke harga rendah, sedangkan offer adalah antrian jual saham Ke harga tinggi. Saham gorengan biasaya ditransaksikan Untuk jumlah besar, tetapi posisi bid dan offer-nya tipis-tipis.
Artinya, hampir Ke setiap harga antrian, baik bid maupun offer, antriannya tidak merata Malahan sering hanya 1 lot per harga yang memudahkan bandar menaikkan harga sahamnya.
Kinerja keuangan dan informasi emiten tidak sejalan Di Fluktuasi Harga
Pergerakan harga yang ekstrem dan tidak karuan membuat harga saham gorengan tidak sejalan Di kinerja keuangan, atau tidak disertai Di pemberitaan dan informasi Untuk internal emiten.
Kadang kinerja keuangannya tumbuh 50%, tetapi tidak jarang justru menciut atau kinerjanya turun lebih Untuk 50% ketika harganya naik kencang tak henti-hentinya, Supaya Fluktuasi Harga saham seringkali tidak beriringan Di kinerja dan Aksi Ketidak Setujuan korporasi yang diumumkan emiten.
Tidak dapat dianalisis
Sebab kinerja keuangan tidak setinggi Fluktuasi Harga sahamnya Ke pasar, rasio keuangan dan valuasi saham gorengan biasanya terlalu tinggi dibandingkan pesaing terdekatnya, atau Malahan tidak masuk akal. Yaitu, saham ini tidak dapat dianalisis secara fundamental.
Valuasi yang biasa digunakan perusahaan adalah rasio harga saham per nilai Literatur (price to book value, P/BV) dan rasio harga saham per laba (earning per share, EPS). Jika valuasi perusahaan terlalu jauh Ke atas pesaingnya, misalnya ketika rerata PBV sebuah industri Ke angka 1,5 kali, maka jika ada emiten yang PBV-nya 20 kali atau Malahan 100 kali maka sebaiknya dihindari.
Secara teknikal, pergerakan saham tersebut juga terlalu berfluktuatif atau justru jarang ditransaksikan Supaya tidak memunculkan indikator analisis teknikal sama sekali.
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Ciri-Ciri Saham Gorengan, Investor Pemula Wajib Tahu