— Ada sebuah fakta sejarah kelam tentang hubungan manusia dan harimau Di Jakarta (dahulu Batavia).
Ratusan tahun lalu, harimau Jawa Di Indonesia bukanlah satwa yang dilindungi, melainkan Dikatakan sebagai ancaman Untuk warga. Hal itu memicu perburuan besar-besaran, melibatkan hingga 800 orang pemburu, yang Di akhirnya berkontribusi signifikan Pada kepunahan harimau Jawa.
Salah satu perburuan terjadi Di Jakarta (dahulu Batavia) sebagai respons atas berkeliarannya hewan buas tersebut Di jalanan kota.
Kisah teror Harimau Di Jakarta
Seperti disebutkan Di atas, ratusan tahun lalu, Jakarta masih berupa hutan lebat. Hanya sebagian kecil Daerah yang dihuni manusia. Sambil sisanya dipenuhi Didalam satwa liar, termasuk harimau Jawa.
Di Kebugaran seperti itu, penduduk tidak hanya hidup Di bawah tekanan sistem kolonialisme, tetapi juga Berjuang Didalam ancaman nyata Di harimau yang berkeliaran bebas.
Sejarawan Peter Boomgaard Di bukunya Frontiers of Fear (2001) mencatat, Di kurun waktu Di 1633 hingga 1687, atau tiga dekade pertama kekuasaan VOC, terdapat setidaknya 30 laporan tentang orang yang dibunuh atau diserang harimau.
Kebanyakan serangan terjadi Di Disekitar kebun tebu, yang kala itu menjadi habitat populer harimau. Selain rimbun dan tersembunyi, ladang tebu juga kerap menjadi tempat berkeliarannya Minuman harimau, yakni babi.
Di 1644, seorang warga China diceritakan tewas diserang Di Di Didalam harimau Di berburu bersama beberapa tentara Di siang hari. Tetapi, serangan tidak hanya terjadi Di ladang.
Di kawasan terbuka seperti jalanan, harimau juga berkeliaran. Tahun 1659, Boomgaard mencatat 14 orang menjadi korban serangan harimau Di Ancol Di waktu hampir bersamaan.
“Mereka diserang, dan ada yang diseret Di jalanan Hingga hutan. Rekan-rekannya yang masih selamat melepaskan beberapa tembakan hingga harimau melepaskan korban,” tulis Boomgaard.
Tak hanya menyerang warga lokal, harimau juga mengincar orang Eropa. Korban pertama Di kalangan Eropa yang tercatat namanya adalah Louis van Brussel. Dia tewas diterkam harimau Di tahun 1668.
Tentu, catatan Boomgaard hanya gunung es. Di luar sana, masih banyak orang Karena Itu korban serangan harimau yang tidak tercatat. Atas situasi yang Lebih mengancam ini, pemerintah kolonial pun Memutuskan tindakan. Perburuan harimau digelar sebagai langkah perlindungan Untuk penduduk dan pekerja Di Disekitar Jakarta.
Pemerintah Turun Tangan
Sejarawan Hendrik E. Niemeijer Di Batavia, Komunitas Kolonial Abad XVII (2012) mencatat Di tahun 1644, VOC pernah mengerahkan Disekitar 800 orang Untuk memburu harimau. Hewan-hewan buas itu Setelahnya Itu dibunuh dan bangkainya dipamerkan Di Di Balai Kota, yang kini berada Di kawasan Kota Tua, Jakarta.
Tak hanya melibatkan pasukan resmi, VOC juga mengajak Komunitas sipil Untuk ikut serta Di perburuan. Sebagai imbalannya, VOC Memberi hadiah uang tunai yang jumlahnya bervariasi. Alias tergantung Di ukuran dan tingkat keganasan harimau yang ditangkap.
Menurut catatan sejarawan Peter Boomgaard, Untuk harimau biasa hadiah yang diberikan Disekitar 10 ringgit. Nominal ini cukup Untuk memenuhi kebutuhan beras satu keluarga Pada setahun.
Insentif ini Merangsang banyak orang melakukan perburuan secara mandiri Untuk meraih keuntungan. Sebab, Pertumbuhan harimau menyusut drastis. Boomgaard mencatat setiap tahun lebih Di 50 harimau terbunuh hanya Di Disekitar Batavia.
Pertumbuhan harimau yang Lebih terdesak akhirnya bermigrasi Hingga Daerah lain yang masih berhutan, seperti Banten dan Bogor (dahulu Buitenzorg).
Tetapi, perburuan tak berhenti Di Jakarta. Di berbagai Daerah Jawa, perburuan harimau juga berlangsung secara masif, terutama Didalam alasan Keselamatan penduduk.
Di Kajian berjudul “The Last Tiger in East Java: Symbolic Continuity in Ecological Change” (1995) antropolog R. Wessing menjelaskan, perburuan harimau disebabkan Didalam perubahan peta ekonomi Di Jawa. Masifnya pembukaan hutan Untuk keperluan perkebunan dan ekonomi kolonial memicu gesekan Di hewan buas itu dan manusia.
Sebab, konflik pun tak terelakkan. Harimau menyerang ternak dan manusia Didalam rata-rata korban jiwa mencapai 2.500 orang per tahun. Untuk alasan Keselamatan, manusia lantas berburu harimau.
Alhasil, perburuan yang berlangsung Pada bertahun-tahun membuat Pertumbuhan harimau, khususnya harimau Jawa, menurun drastis. Di 1940, diperkirakan hanya tersisa 200-300 ekor. Jumlah ini terus menyusut hingga harimau Jawa dinyatakan punah Di 1980-an.
Next Article
Serangan Harimau Teror Warga Jakarta, 800 Orang Pemburu Turun Tangan
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Di Harimau Berkeliaran Di Ancol dan Terkam Warga











