Jakarta –
Aktifitas Naik Sepeda atau gowes sempat booming dan menjadi Gaya Pada Wabah Dunia COVID-19 Menyapu RI beberapa tahun lalu. Berkat itu penjualan sepeda Di Tanah Air Merasakan peningkatan yang sangat tinggi.
Akan Tetapi Gaya Naik Sepeda kini kian surut seiring Di berakhirnya masa Wabah Dunia dan kembalinya pola Kegiatan Kelompok. Dampaknya penjualan sepeda ikut merosot, Justru tidak sedikit yang berakhir gulung tikar.
Hal ini seperti yang dirasakan Dari para pedagang sepeda Di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan. Padahal kawasan ini sudah Sebelum lama dikenal sebagai sentra jual-beli sepeda murah.
Pemilik salah satu toko sepeda Di kawasan itu, Kode, mengatakan Gaya Naik Sepeda yang sempat booming Pada Wabah Dunia mulai menyusut Sebelum 2022. Kebugaran ini terlihat Di turunnya angka penjualan sepeda dibandingkan tahun-tahun Sebelumnya Itu.
Akan Tetapi Kebugaran ini Lebih parah Sebelum pertengahan 2023 kemarin hingga Pada ini. Justru Penurunan Permintaan ini membuat banyak pedagang Di kawasan itu gulung tikar Lantaran tak sanggup membayar biaya sewa ruko.
“Pas Wabah Dunia memang booming, 2020 sampai 2021 lah masih banyak yang beli. Terus Di sini-nya mulai turun. 2022 masih normal lah (sama seperti Sebelumnya Wabah Dunia). Tapi Di 2023 itu, pertengahan tahun lah Sebelumnya ramai Pemungutan Suara Rakyat itu, turun terus,” ucapnya kepada detikcom Di kiosnya, Rabu (25/9/2024).
“Dari Sebab Itu lebih parah sekarang daripada dulu (Sebelumnya Wabah Dunia). Ini banyak yang gulung tikar. Padahal (Sebelumnya Itu) orang jualan sepeda kan Di ujung Di ujung (sepanjang jalan Sultan Agung), sepeda bekas sepeda Terbaru, kan banyak yang tutup ya,” kata Kode lagi.
Justru kepada detikcom Kode mengaku juga Akansegera menutup toko sepeda miliknya Di waktu Didekat. Hal ini dikarenakan ia tak sanggup lagi Sebagai membayar biaya sewa toko Di Kebugaran penjualan Pada ini.
“Besok-besok kayanya sudah nggak Di sini lagi, pemasukan sudah nggak Di uber. Buat ngontrak saja nggak dapat. Padahal sudah Di sini delapan tahun, delapan tahun ada lah. Makin Di sini makin nyungsep,” katanya tertawa miris.
Terduduk lesu Di wajah sedih, Kode mengaku Akansegera tetap berjualan sepeda Di kawasan itu, Akan Tetapi tidak lagi Di Di toko melainkan Di pinggir jalan.
“Nanti jualan Di luar saja. Lagian kita kan punya pelanggan satu dua, nanti kalau ada yang minta dicariin sepeda apa ya bisa saya bantu Di toko-toko sebelah kan. Ya nanti bisa Bagi hasil tipis-tipis lah,” kata Kode.
Senada Di Kode, pedagang lain Di kawasan Pasar Rumput bernama Rony mengatakan penjualan sepeda Di tokonya kian menyusut. Justru Di sehari atau seminggu ia belum tentu Memperoleh pelanggan.
“Sekarang jualan sepeda sudah mau nangis saja. Sudah bukan turun lagi, ambruk, jauh (dibandingkan tahun-tahun Sebelumnya Itu),” ucap Rony.
“Kalau dilihat pembukuan mah minus. Buat makan aja Di warung sering kasbon, kalau belum dapat pelanggan ya kasbon lagi sampai besok. Kalau dapat penglaris Terbaru bayar,” tambahnya.
Menurut Rony, setidaknya sudah ada empat Di sepuluh toko sepeda yang gulung tikar Lantaran sepi pembeli. Perhitungan ini belum termasuk para penjual sepeda yang berdagang Di pinggir jalan, bukan Di toko.
“Sebagian sudah gulung tikar, sudah ada empat toko. Ya mulai habis covid saja mulai Di tutup satu-satu. Sebelumnya Itu ada 10-an toko lah, belum yang Di pinggir jalan,” terangnya.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita: Gaya Gowes Tambah Surut, Banyak Pedagang Sepeda Gulung Tikar!