Indonesia Pada ini berada Ke persimpangan jalan penting Untuk mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045. Foto/Dok
Realitas Menunjukkan bahwa Kemajuan ekonomi Indonesia Ke 2023 hanya mencapai 5,05%, jauh Untuk target tersebut. Jurang Kaya Miskin antar Area masih signifikan, terutama Di Jawa dan luar Jawa. Daya saing Indonesia juga tertinggal dibandingkan Bangsa tetangga seperti Singapura dan Thailand, mencerminkan kebutuhan mendesak Sebagai transformasi ekonomi.
Tantangan ini Lebih kompleks Di berbagai masalah struktural yang menghambat Kemajuan. Deindustrialisasi dini menjadi salah satu Topik utama yang dihadapi Indonesia. Dari 2011, kontribusi sektor Pabrik Pada PDB terus menurun, melemahkan potensi Kemajuan ekonomi.
“Salah satu hal yang tadi digaris bawahi adalah Deindustrialisasi. Padahal nilai konsumsi kita mestinya Lebih naik, dan ini menjadi PR besar. Kenapa ini bisa terjadi adalah bahan baku dan juga competitiveness Untuk Ilmu Pengetahuan yang ada. Dan kita Ke Universitas Memperoleh Ilmu Pengetahuan-Ilmu Pengetahuan Terbaru, dan juga SDM yang unggul, dan Kajian energy nya juga kan ada Ke universitas,” kata Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo S.Si., M.Si., PH.D., Untuk Alumni Business Forum Ke Jakarta, Jumat (29/11/2024).
Empat provinsi industri utama-Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Di, dan Banten-Merasakan perlambatan Dari awal 2024. Studi Universitas Brawijaya Ke Jawa Timur mengidentifikasi empat tantangan utama: biaya tenaga kerja yang tinggi, mahalnya bahan baku, sulitnya akses bahan penolong, dan Aturan perpajakan yang kurang mendukung. Tanpa solusi, deindustrialisasi ini dapat Lebih memperburuk Kemakmuran Peningkatan Ekonomi.
Perlambatan konsumsi Rumah tangga dan Penanaman Modal Asing juga menambah tekanan. Konsumsi Rumah tangga, sebagai pendorong utama ekonomi, Menunjukkan perlambatan yang mengkhawatirkan. Ke sisi lain, Penanaman Modal Asing pun lesu, menambah beban ekonomi.
Pemerintah Melakukanupaya mempertahankan Kemajuan Lewat pengeluaran publik, yang Menimbulkan Kekhawatiran Dari 2018, terutama Untuk merespons Wabah Internasional COVID-19 dan persiapan Pemilihan Umum Nasional. Tetapi Ke 2024 dan 2025, keterbatasan fiskal menjadi tantangan besar.
Tekanan fiskal ini diperparah Di meningkatnya pembayaran utang dan stagnasi penerimaan Retribusi Negara. Sebab, kemampuan pemerintah Sebagai mempertahankan pengeluaran produktif, seperti pembangunan infrastruktur dan sektor sosial, Berpotensi Sebagai menurun.
Stagnasi penerimaan Retribusi Negara menjadi salah satu hambatan utama. Rasio Retribusi Negara Pada PDB, yang sempat Menimbulkan Kekhawatiran Untuk 8,3% Ke 2020 menjadi 10,4% Ke 2022, kembali turun menjadi 10,2% Ke 2023. Diperkirakan angka ini Berencana stagnan hingga 2024.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Indonesia BEST Outlook 2025 Ungkap PR Besar Ke Indonesia Emas 2045