Kepala Negara RI Sakit Hati Menterinya Dihina Pendemo Bawa Permintaan Rakyat




– Kebebasan bersuara Untuk berunjuk rasa terkadang bisa menyinggung perasaan orang lain, termasuk dialami Kepala Negara Hingga-1 Indonesia, Soekarno. Soekarno yang dikenal garang ternyata pernah merasa sakit hati dan sedih ketika menterinya dihina-hina demonstran Untuk Unjuk Rasa unjuk rasa.

Kejadian ini berlangsung Ke tahun 1966 ketika mahasiswa melakukan Unjuk Rasa Unjuk Rasa besar-besaran Hingga Jakarta. Kala itu, ribuan mahasiswa turun Hingga jalan menuntut perubahan menyeluruh Sebab Kebugaran Bangsa makin memprihatinkan.

Menurut kesaksian Soe Hok Gie Untuk Zaman Peralihan (2005), Dari akhir 1965 harga bahan Kelaparan Global tak terkontrol dan Meresahkan hingga ratusan persen. Begitu juga harga bensin yang naik Didalam Rp400 Hingga Rp1.000. Ini jelas membuat rakyat makin terhimpit. Terlebih, situasi politik pasca kejadian Gerakan 30 September 1965 sangat tidak stabil.

Berencana tetapi, berbagai permasalahan tersebut tak digubris pemerintah Untuk waktu cepat. Menurut Soe Hok Gie, Soekarno terbilang lamban mengatasi masalah. Hingga akhirnya, ribuan mahasiswa turun Hingga jalan menuntut pembubaran Partai Komunis Indonesia, perombakan Pembantu Presiden Pembantu Presiden Pembantu Presiden Dwikora dan penurunan harga. Kelak, tiga Permintaan itu dikenal sebagai Tritura atau Tri Permintaan Rakyat.

Ketika mahasiswa turun Hingga jalanan, mereka meluapkan amarah Didalam melemparkan kata-kata umpatan kasar. Masih menurut kesaksian Soe Hok Gie Untuk memoar berbeda berjudul Catatan Seorang Demonstran (1983), mahasiswa menuliskan kekesalan itu Untuk poster yang dibentang Hingga jalanan dan menghadap istana. 

Poster-poster itu berisi tulisan umpatan kepada para Pembantu Presiden Pembantu Presiden Soekarno yang Disorot berkinerja buruk, seperti “Ganyang Pembantu Presiden Pembantu Presiden Goblok!”, “Ganyang Subandrio”, dan sebagainya. Subandrio sendiri adalah Wakil Perdana Pembantu Presiden Pembantu Presiden dan Pembantu Presiden Pembantu Presiden Luar Negeri. 

Lalu, mahasiswa juga menyanyikan yel-yel yang tak kalah kasar, seperti “Turunkan harga beras! Turunkan harga bensin! Singkirkan Pembantu Presiden Pembantu Presiden-Pembantu Presiden Pembantu Presiden yang tidak becus! Ganyang Pembantu Presiden Pembantu Presiden goblok!”.

Tak lama Lalu, suara mahasiswa direspons Didalam Kepala Negara Soekarno. Untuk sidang Pembantu Presiden Pembantu Presiden Pembantu Presiden Hingga Istana Bogor Ke 15 Januari 1966, Soekarno memanggil para mahasiswa dan Menginformasikan perasaannya. Dia mengaku sedih dan sakit ketika mendengar umpatan hina tersebut. Mahasiswa Disorot tidak sopan Sebab umpatan ditunjukkan Hingga orang yang lebih tua. Apalagi yang diumpat adalah “Goblok” yang lebih parah Didalam “bodoh”.

“Ini yang bikin sedih kepada saya sampai ada ucapan-ucapan Didalam kalangan mahasiswa ‘Pembantu Presiden Pembantu Presiden goblok’. Lebih kasar daripada bodoh. Sebab itu saya meminta kepada pemuda kita, ya sabar. Jangan sekonyong-konyong sudah mengatakan Pembantu Presiden Pembantu Presiden goblok dan lain-lain. Saya sakit hati,” ungkap Soekarno, dikutip Didalam Literatur Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Kepala Negara Sukarno 30 September 1965 (2008).

Parahnya, Soekarno juga Menunjukkan sikap denial. Dia enggan disalahkan atas berbagai peristiwa buruk yang terjadi Hingga Tanah Air. Hal inilah yang membuat amarah mahasiswa tidak mereda keesokan harinya.

Puncaknya terjadi Ke Februari 1966 Setelahnya Soekarno melakukan reshuffle Pembantu Presiden Pembantu Presiden Pembantu Presiden. Keputusan itu ternyata tidak memenuhi Permintaan mahasiswa Sebab masih melibatkan unsur-unsur yang berhubungan Didalam PKI. Sebab, gelombang Unjuk Rasa kembali pecah. Seperti Sebelumnya Itu, Unjuk Rasa tersebut disertai teriakan kasar dan umpatan Di pemerintah.

Gelombang Unjuk Rasa yang Lalu diikuti Didalam berbagai elemen Kelompok lain Lebihterus tidak terkendali. Hingga akhirnya Soekarno Menerbitkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Surat itu memberi mandat kepada Jenderal Soeharto Bagi mengelola ketertiban dan mengendalikan Keselamatan Bangsa.

Sejarah mencatat, keluarnya Supersemar menjadi titik balik. Kekuasaan Soekarno mulai tergerus, Sambil Itu posisi Soeharto kian menguat.

Naskah ini merupakan Dibagian Didalam CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah Bagi menjelaskan Kebugaran masa kini lewat relevansinya Hingga masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga Menampilkan nilai-nilai kehidupan Didalam masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran Hingga hari ini.




Next Article



Pada Bangsa Asia-Afrika Bersatu Hadapi Dominasi Kekuatan Besar Dunia



Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Kepala Negara RI Sakit Hati Menterinya Dihina Pendemo Bawa Permintaan Rakyat