– Tak sedikit pejabat Hingga Indonesia yang memanfaatkan posisinya Bagi keuntungan pribadi, baik mengejar fasilitas maupun materi. Para pejabat yang merasa bertindak demikian seharusnya belajar Untuk Ketua Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Permusyawaratan Rakyat (Wakil Rakyat/Lembaga Tertinggi Negara) periode 1971-1977, yaitu Idham Chalid.
Alih-alih menggunakan jabatan Bagi memperkaya diri, Idham Chalid memilih jalan hidup lain. Dia tidak pernah memakai Kendaraan Pribadi dinas, melarang istrinya belanja Bersama uang Hingga luar gaji, hingga menjalani pensiun sebagai ulama.
Politisi NU
Idham Chalid adalah ulama sekaligus politisi Nahdlatul Ulama (NU). Di 1956, Hingga usia 34 tahun, dia terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar NU. Di itu, NU bukan hanya organisasi Islam, melainkan juga Lembaga Perwakilan Rakyat. Di Pemilihan Umum 1955, NU menempati posisi keempat Bersama 45 Bangku Legislatif. Menurut Greg Fealy Untuk Literatur Ijtihad Politik Ulama: Sejarah Nahdlatul Ulama, 1952-1967 (2009), pencapaian ini tidak lepas Untuk peran Idham sebagai ketua Regu pemenangan.
Untuk titik inilah karier politiknya menanjak. Di Indonesia menjalani Sistem Pemerintahan parlementer, dia pernah menjabat Wakil Perdana Pejabat Tingginegara Untuk Tim Pejabat Tingginegara Ali Sastroamidjojo II dan Tim Pejabat Tingginegara Djuanda (1956-1959). Idham juga pernah dipercaya sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sambil (MPRS) (1963-1966).
Di terjadi peralihan kekuasaan, karier loyalis Soekarno itu tetap berlanjut. Hingga era Soeharto, dia sempat menjabat Pejabat Tingginegara Kesejajaran Rakyat (1968-1971) Sebelumnya akhirnya duduk sebagai Ketua Wakil Rakyat/Lembaga Tertinggi Negara Di 1971. Meski berada Hingga lingkar kekuasaan, sikapnya tetap konsisten, yakni sederhana dan menjauhi fasilitas Negeri.
Larang Keluarga Makan Duit Haram dan Ogah Bohongi Rakyat
Posisi Idham sebagai ketua Wakil Rakyat/Lembaga Tertinggi Negara Di 1971 sangat mentereng. Kala itu, Wakil Rakyat/Lembaga Tertinggi Negara adalah lembaga tertinggi Negeri yang kedudukannya berada Hingga atas Kepala Negara. Lewat posisi itu, Idham bisa memberhentikan dan mengangkat Kepala Negara berdasarkan kehendak rakyat.
Tetapi, jabatan yang diemban tak membuat Idham melupakan integritas, terutama Untuk hal kesederhanaan.
Untuk sebuah Literatur biografi berjudul Selayang Pandang K.H. Idham Chalid (2022), disebutkan Idham tidak pernah menggunakan Kendaraan Pribadi dinas Hingga luar agenda pekerjaan. Dia juga Bersama tegas melarang istrinya memakai uang selain Untuk gaji resminya Bagi kebutuhan sehari-hari. Baginya, keluarganya tidak boleh memakan uang yang haram.
Hingga Di Itu, Idham juga selalu mengingatkan para bawahannya Bagi tidak membohongi rakyat. Menurut pemberitaan koran Abadi (18 Juli 1972), dia menegaskan Komunitas tidak bisa terus-menerus ditipu Bersama janji-janji manis. Sekalipun rakyat bisa dibohongi Bersama berbagai omongan, tetapi mereka lebih cerdas Lantaran melihat langsung perbuatan nyata.
“Komunitas Bisa Jadi bisa dibohongi Bersama omongan-omongan, tetapi tidak bisa Bersama perbuatan-perbuatan nyata,” ungkap Idham.
Masa jabatan Idham sebagai Ketua Wakil Rakyat/Lembaga Tertinggi Negara berakhir Di 1977. Posisinya sebagai Ketua PBNU juga berakhir Di 1974. Setelahnya dia benar-benar pensiun Untuk dunia politik dan memilih kembali Hingga jalan dakwah sebagai guru ngaji. Diketahui, dia memimpin berbagai lembaga keagamaan dan aktif mengajari ratusan santri Yang Berhubungan Bersama keagamaan.
Idham sendiri wafat Di 11 Juli 2010. Setahun Lalu, Kepala Negara Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahi Idham gelar Pahlawan Nasional.
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Ketua Wakil Rakyat RI Larang Keluarga Makan Duit Haram & Ogah Bohongi Rakyat