Cara Hidup para pejabat Indonesia kerap menjadi sorotan publik. Akan Tetapi, Ke Di mereka, sosok Agus Salim layak dijadikan teladan. Sepanjang hidupnya, ketika menjabat sebagai pejabat tinggi Bangsa hingga Setelahnya pensiun, dia tetap Kehidupan Simpel dan jauh Bersama kemewahan. Justru, sering dibilang melarat Lantaran tak punya jas bagus hingga tinggal Ke kontrakan.
Nama Agus Salim memang tak sebesar Soekarno atau Mohammad Hatta. Akan Tetapi, perannya Di perjuangan kemerdekaan Indonesia dan masa awal berdirinya republik sangat besar. Sebagai Pembantu Presiden Tim Menteri Luar Negeri (1947-1948), Salim menjadi tokoh Kunci Di Politik Luar Negeri Indonesia Ke dunia internasional. Dia aktif berkeliling Hingga berbagai Bangsa Untuk memperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia.
Kepiawaiannya berbahasa dan berdiplomasi membuatnya dihormati banyak pihak, termasuk Bersama tokoh Asing. Perdana Pembantu Presiden Tim Menteri Belanda, Willem Schermerhorn, sampai kagum atas sikapnya.
“Orang tua yang sangat pintar ini (Agus Salim) seorang jenius Di bidang bahasa, bicara, dan menulis Bersama sempurna, paling sedikit sembilan bahasa, tapi punya satu kelemahannya yaitu Pada hidupnya melarat,” ungkap PM Belanda Willem Schermerhorn, Di Het Dagboek van Schermerhorn (1946).
Apa yang disampaikan orang nomor satu Ke Belanda soal kemelaratan Salim memang benar. Pria kelahiran 8 Oktober itu memang penuh kesederhanaan dan cenderung melarat. Ke umumnya, diplomat selalu tampil rapih berjas Untuk membentuk citra diri baik Ke hadapan para utusan Asing. Agus Salim tidak seperti itu. Meski sering hadir Di Peristiwa resmi, dia tidak pernah Melakukanlangkah-Langkah tampil mewah.
“Jas yang dia kenakan Di Peristiwa-Peristiwa resmi sering kali terlihat kumal dan Tutup yang dia pakai pun bukan Produk Terbaru,” ungkap Literatur Agus Salim: Peran dan Sumbangsihnya Untuk Indonesia (2024).
Cara Kehidupan Simpel itu bukan Lantaran tak mampu, melainkan Lantaran pilihan Untuk menjauh Bersama kemewahan. Justru Pada menjabat dan pensiun, Agus Salim tidak Memiliki Tempattinggal sendiri. Dia lebih sering tinggal Ke Tempattinggal kontrakan dan berpindah Bersama satu tempat Hingga tempat lain.
Kisah paling menyentuh datang ketika salah satu anaknya meninggal dunia. Dia sampai tak mampu beli kain kafan.
“Lantaran tidak Memiliki uang Untuk membeli kain kafan, Agus Salim Bersama Tenteram Memutuskan taplak Tatakan dan kain kelambu yang sudah terpakai Untuk membungkus jenazah anaknya,” ungkap Literatur Agus Salim: Peran dan Sumbangsihnya Untuk Indonesia (2024).
Di seorang kolega menawarkan kain kafan Terbaru, Agus Salim menolak Bersama bijak. Alasannya Lantaran kain Terbaru lebih dibutuhkan Bersama orang yang masih hidup. Baginya, orang yang sudah wafat tak perlu memerlukan apapun selain kedamaian.
Sikap hidup seperti ini sudah memang melekat Ke dirinya Sebelum muda. Ke masa 1920-an, meski berasal Bersama keluarga terpandang, yakni anak seorang jaksa Ke masa kolonial, Salim memilih Kehidupan Simpel.
“Dia pernah tinggal Ke Tempattinggal kontrakan Ke Tanah Tinggi yang jalannya berlumpur Ke musim hujan, atau menumpang Ke Tempattinggal seorang kawannya,” tulis Amrin Imran Di Perintis Kemerdekaan: Perjuangan dan Pengorbanannya (1991).
Kesederhanaan itu dijaganya sampai akhir hayat Ke 4 November 1954. Di berpulang, pemerintah Setelahnya Itu memakamkannya Ke Taman Makam Pahlawan Kalibata Bersama upacara kenegaraan.
Menurut Harian Merdeka (5 November 1954), Salim menjadi orang pertama yang dimakamkan Ke TMP Kalibata meski bukan pahlawan dan orang kedua Setelahnya Jenderal Soedirman yang Merasakan upacara kenegaraan.
“Mengingat K.H. Agus Salim almarhum sebagai tokoh nasional yang besar, maka pemerintah memutuskan Untuk memakamkan jenazahnya Bersama upacara kenegaraan. Sekaligus juga meminta kantor pemerintah dan Kelompok mengibarkan bendera setengah tiang,” ungkap juru bicara pemerintah.
Masih menurut Harian Merdeka (6 November 1954), ribuan orang hadir mengantarkan kepergiannya, termasuk Pemimpin Negara, wakil Pemimpin Negara, dan para pejabat tinggi Bangsa. Mereka meneteskan air mata melepas Salim.
Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, pemerintah Terbaru menetapkan K.H. Agus Salim sebagai pahlawan nasional Melewati Keputusan Pemimpin Negara Nomor 657 Tahun 1961, tertanggal 27 Desember 1961.
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Mantan Pembantu Presiden Tim Menteri RI Melarat, Tempattinggal Ngontrak-Tak Mampu Beli Kain Kafan