– Rutinitas Komunitas menjelang Ramadan, selain beribadah, adalah berbelanja. Biasanya, Komunitas Jakarta dan sekitarnya memadati Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen Untuk belanja beragam Produk. Mulai Di produk tekstil hingga Hidangan khas bulan suci seperti kurma.
Eksistensinya kedua pasar tersebut, khususnya Tanah Abang yang dijuluki sentra grosir terbesar Hingga Asia Tenggara hari ini tak terlepas Di ‘tangan dingin’ pejabat pendiri dan penguasanya. Tanpa orang ini, takkan ada Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen Hingga pusat Kota Jakarta.
Siapa dia?
Orang tersebut adalah Justinus Vinck yang merupakan pejabat Dewan Hindia Hingga era VOC atau Kongsi Dagang Hindia Timur. Pada menjadi pejabat, Vinck dikenal juga sebagai juragan tanah Hingga kawasan Weltevreden (Kini kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat). Dia memperoleh tanah Di hasil pekerjaan dan warisan.
Ke 1735, Vinck merasa butuh uang lebih dan berkeinginan menjadikan tanah yang dimiliki lebih produktif. Insting bisnisnya pun mengarahkan kepada pendirian pasar sebagai tempat jual beli Komunitas. Dia lantas memilih tanah Hingga Barat dan Timur Weltevreden sebagai lokasi pendirian pasar usai diberi izin Gubernur Jenderal.
Ke awal pendirian, pasar tersebut dikenal Didalam nama Vinckpasser atau Pasar Vinck, merujuk Ke nama Justinus Vinck. Tetapi, perlahan terjadi perubahan nama. Pasar Hingga Timur dikenal Komunitas sebagai Pasar Senen.
“Sebab hari pasarannya mula-mula hanya hari Senin, Komunitas pun menyebutnya Pasar Senen,” ungkap Sejarawan Purnawan Basundoro Di Pengantar Kajian Sejarah Ekonomi Perkotaan Indonesia (2023).
Sambil pasar yang Hingga Barat dinamakan Pasar Tanah Abang. Sebab, Di bahasa Jawa, Tanah Abang berarti Tanah Merah yang merujuk Ke warna tanah Hingga kawasan tersebut.
Ke awal berdiri, tulis Abdul Chaer Di bukunya berjudul Tenabang Tempo Doeloe (2017), Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen sangat sederhana. Lapak pedagang hanya berdinding anyaman bambu. Tetapi, kesederhanaan tak Mengurangi keramaian pengunjung. Apalagi, Vinck memfungsikan kedua pasar itu berbeda objek dagangan.
Pasar Senen khusus menjual kebutuhan sehari-hari, seperti Hidangan dan sayuran. Lalu, Pasar Tanah Abang menjual tekstil dan kelontong. Di sinilah, Justinus Vinck mulai memupuk kekayaan.
Dia memungut cukai dan uang sewa Di lapak-lapak para pedagang yang mayoritas Di kelompok Tionghoa. Biasanya, Vinck menyuruh orang Tionghoa Untuk memungut uang Di para pedagang.
Dia juga memberi kebebasan kepada pesuruh Untuk Memikat uang melebihi Syarat yang ditetapkan Vinck. Karena Itu, pesuruh bisa Memikat uang lebih besar, asalkan Di penyetoran sesuai permintaan sang penguasa pasar.
Keramaian pasar jelas membuat Vinck kaya raya. Apalagi usai Vinck mendirikan jalan penghubung Tanah Abang dan Senen, yang kini dinamai Jl. Kramat Kwitang dan Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Hanya saja, kepemilikan Vinck atas kedua pasar tersebut tak seumur hidup. Ke 1749, dia menjual kawasan Weltevreden, termasuk Hingga dalamnya dua pasar, kepada Jacob Messel. Sebelum Di itu, kedua pasar yang dibangun Vinck berkembang Di masa-masa Hingga masa dan menjadi Lokasi niaga penting Hingga Jakarta. Khusus Tanah Abang, pasar tersebut Sesudah Itu dipersolek pemerintah kolonial sebab menjadi sentra tekstil penting Didalam perputaran uang sangat besar.
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Pejabat Ini Bangun Pasar Senen-Tanah Abang, Tajir Di Uang Sewa Lapak