Pernah Ada Satu Masa Di RI Ibu-Ibu Turun Protes Gara-Gara Susu




 Kebutuhan mendasar warga tak bisa diabaikan Didalam pemerintah, termasuk susu yang harus dibeli Didalam ibu-ibu Untuk anak-anaknya Merasakan Fluktuasi Harga selangit. Di masa Orde Mutakhir, ibu-ibu sempat Mengeluhkan soal Fluktuasi Harga susu.

Di periode 1998, kabar Fluktuasi Harga susu Di Februari membuat banyak ibu-ibu menjerit dan berdemonstrasi Di Ditengah sinar matahari melimpah Di atas kepala Di Jakarta. Di itu ibu-ibu mencetak sejarah, yakni berdemonstrasi melawan rezim Soeharto imbas Fluktuasi Harga susu. 

Harga Susu Naik, Ibu-Ibu ‘Turun Gunung’

Tahun 1998 merupakan titik nadir ekonomi Indonesia. Krisis Keuangan 1997 berlarut panjang dan merusak sendi-sendiri ekonomi Negeri. Salah satu dampaknya adalah Fluktuasi Harga bahan pokok, termasuk susu.

Untuk Kajian “Dampak Keadaan Darurat Ekonomi Di Kinerja Industri Susu Segar Untuk Negeri” yang dibuat Didalam Pusat Eksperimen dan Pembaruan Sosial Ekonomi Pertanian Di Bogor Didalam Dewa K.S. Swastika dkk, menyebut, Fluktuasi Harga susu disebabkan Didalam tingginya biaya pengadaan bibit sapi Pembelian Barang Untuk Luar Negeri dan harga Ketahanan Pangan konsentrat bermutu. Jika ditarik lebih jauh, ini tentu disebabkan Didalam Nilai Mata Uang Kurs Matauang Nasional yang jatuh Di dollar AS. 

Dampaknya, produksi susu menurun. Di 1994, produksi susu segar Di 426.727 ton. Lalu dua tahun Lalu menjadi 441.163 ton. Tetapi, Di 1998 menurun drastis menjadi 375.382 ton. Praktis, penurunan produksi membuat susu makin.

Kendati tersedia, sudah pasti harganya mahal. Awalnya hanya Rp500-900 per liter dan Di krisis melonjak menjadi Di atas Rp1.000 per liter. Justru, Di beberapa Area kenaikan mencapai 400%. 

Soal susu, ibu-ibu tentu paling merasakan. Anak-anak Di Rumah Karena Itu tak bisa Memperoleh salah satu sumber Gizi. Tak tinggal diam, sekelompok perempuan berencana melakukan Protes Protes Keluhan Masyarakat atas meroketnya harga susu.

Aktivis Gadis Arivia Untuk tulisannya Di Jurnal Perempuan menceritakan, sekelompok perempuan tersebut berjumlah 15 orang yang terdiri Untuk aktivis, mahasiswi, hingga ibu Rumah tangga. Sebagai permulaan, mereka berkumpul Di kantor Yayasan Jurnal Perempuan Untuk melawan rezim Orde Mutakhir.

Untuk rentetan diskusi panjang merumuskan model Protes, mereka singkat cerita menamai pergerakannya sebagai “Suara Ibu-Ibu Peduli (SIP)”. Ini bertujuan sebagai kamuflase dan strategi politik. 

“Penggunaan kata perempuan dikhawatirkan Akansegera mengandung Perdebatan Lantaran politik represif Orde Mutakhir menggunakan bahasa “wanita” dan bukan “perempuan”. Mereka cenderung bersimpati Di kegiatan “ibu-ibu”, seperti Dharma Wanita,” ungkap Gadis yang juga pendiri Yayasan Jurnal Perempuan. 

Selain Di penamaan, kamuflase juga terlihat Di Permasalahan yang diangkat, yakni Fluktuasi Harga susu. Untuk setiap Rumah tangga, khususnya perempuan, susu merupakan hal krusial Lantaran berkaitan Didalam tumbuh kembang anak.

Di harganya mahal dan menjadi langka, susu dapat dipastikan menjadi Permasalahan krusial penarik perhatian. Pikir Gadis, syukur-syukur jika Permasalahan susu bisa membuka keran Sistem Pemerintahan, alias kejatuhan Soeharto.

Maka, Di 23 Februari 1998, dilaksanakan Protes Didalam ibu-ibu Untuk berbagai Area dan latar Di Bundaran Hotel Indonesia. Lokasi ini dipilih Lantaran strategis. Banyak perempuan juga yang bekerja Di Di sana.

Tentu saja, semua Kegiatan diawasi tentara. Justru, para tentara sudah diberi perintah Untuk menembak Di tempat jika mereka melawan. Meski begitu, hal ini tak membuat gentar ibu-ibu. Mereka tempat melalukan Protes damai Di sana.

Hanya saja, Protes Protes tetap direspons tentara secara represif. Mereka menahan demonstran, termasuk Gadis Arivia. Tentara menuduh Protes damai mereka ditunggangi kaum oposisi dan diduga menyebarkan Permasalahan komunis. Lembaga Proses Hukum lantas memutuskan mereka melanggar pasal 510 KUHP dan didenda Rp2.250 atau kurungan 2 minggu.

Untungnya, Pada masa Lembaga Proses Hukum, kerusuhan sudah terjadi Di berbagai Area. Memasuki bulan Maret, para mahasiswa mulai berdemonstrasi menuntut pergantian rezim. SIP jelas mendukung langkah para mahasiswa tersebut.

Sampai akhirnya, kita tahu Protes tersebut berujung Di tercapainya mimpi aktivis atau banyak orang Di tahun 1998, termasuk juga para ibu, yakni lengsernya Soeharto Di 21 Mei 1998. 

Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Pernah Ada Satu Masa Di RI Ibu-Ibu Turun Protes Gara-Gara Susu