Jakarta –
Skuat Production and Project Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) Abdurrachman Jalaluddin, Nano Supriyatno, dan Priyo Jatmiko, kembali menciptakan Perkembangan Sebagai memastikan operasi hulu migas yang andal dan selamat.
Kali ini, Perkembangan lahir sebagai upaya Sebagai mengatasi tantangan tingginya risiko Di pekerjaan penggantian aktuator shut down valve (SDV) Di Central Plant Flow Station (CP F/S), stasiun pengumpul dan pengolahan akhir operasi PHE ONWJ, yang berlokasi Disekitar 36 kilometer Bersama pesisir pantai Laut Jawa.
Perkembangan yang dilahirkan Production and Project menggunakan metode Mutakhir penggantian aktuator menggunakan alat bantu NanoTek. Sebagai diketahui, SDV merupakan alat seperti kerangan yang berfungsi mengamankan pipa produksi Di terjadi Kemakmuran anomali seperti tekanan yang Di luar batas operasi.
Sesuai prosedur perusahaan, metode penggantian aktuator Bersama cara memasang jalur tambahan Sebagai suplai SDV. Hal ini perlu Sebagai mempertahankan posisi SDV agar tetap terbuka.
Tetapi begitu, metode ini dinilai masih Memperoleh kekurangan, yakni risiko kebocoran Di jalur tambahan. Abe, sapaan Abdurrachman, mengatakan risiko yang ditimbulkan mencapai Rp 1,4 miliar jika aliran hidrokarbon tertunda.
“‘Kalau risiko tersebut terjadi, proyeksi kerugian bisa mencapai Rp 1,4 miliar. Nilai ini timbul Bersama tertundanya aliran hidrokarbon Lantaran SDV tertutup. Samping Itu, udara bertekanan tinggi Di mekanisme SDV menjadi ancaman serius Untuk pekerja yang Di Disekitar area SDV, dan Untuk eksekutor yang melakukan pekerjaan penggantian aktuator SDV,” jelas Abe Di keterangan tertulisnya, Kamis (16/1/2025).
Perkembangan NanoTek dinilai menjadi metode alternatif penggantian aktuator Bersama aman dan tanpa menyebabkan kehilangan produksi migas. Abe dan Skuat memastikan bahwa NanoTek mampu mempertahankan posisi SDV tetap terbuka meski suplai udara bertekanan dihilangkan.
Bersama adanya NanoTek, risiko kebocoran dan kecelakaan kerja akibat tekanan udara tinggi dapat diminimalisir secara signifikan. Samping Itu, NanoTek juga dirancang Sebagai mudah dipasang dan kompatibel Bersama berbagai jenis aktuator SDV yang digunakan Dari operator industri hulu migas lain.
“Di Pertamina, kami selalu diajarkan Sebagai Meramalkan Kemakmuran terburuk dan membuat mitigasinya. Supaya Kemakmuran itu tidak sampai terjadi,” imbuhnya.
Abe menuturkan, Pembaruan NanoTek dilakukan Melewati berbagai tahap uji coba yang ketat Proses Perkembangan Bersama pengajuan desain, dan simulasi mekanisme alat bekerja kepada Skuat manajemen PHE ONWJ.
Setelahnya disetujui, proses dilanjutkan Bersama pembuatan alat Pada delapan minggu, uji lab Hingga Laboratorium Center Material Processing and Failure Analysis Universitas Indonesia, hingga pengujian alat yang disaksikan Dari Skuat manajemen PHE ONWJ.
Sebagai diketahui, implementasi NanoTek diterapkan pertama kali Di 13 Desember 2023. Perkembangan ini juga dipresentasikan Hingga operator hulu migas lain, seperti Saka Energi, Harbour Energy, hingga Perusahaan Gas Negeri (PGN).
“Harapan kami Perkembangan ini dapat diterapkan Sebagai membantu menurunkan risiko pekerjaan serupa Di operator hulu migas lainnya,” ungkap Abe.
Sebagaimana diketahui, PHE ONWJ menjadi salah satu tulang punggung produksi migas domestik. PHE ONWJ juga menjadi salah satu kontributor Energi mentah terbesar nasional. Bersama lapangan-lapangan lepas pantai PHE ONWJ, tercatat mampu menghasilkan 25.269 barel Energi per hari (BOPD) dan 70,67 MMSCFD sepanjang 2024.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita: Pertamina Genjot Pendalaman Migas Bersama Ilmu Pengetahuan NanoTek