Malam itu Ke Washington DC, suasana Hotel Embassy Row mendadak mencekam. Seorang tamu bernama Dorodjatun tiba-tiba jatuh sakit. Perutnya menolak Citarasa yang Terbaru saja dia santap. Segelas air yang diberikan sang istri, Norma, pun tak membantu.
Muntah itu kembali datang. Tubuhnya kian dingin, membuat sang istri Norma segera menyelimuti suaminya Didalam sweater dan menelepon KBRI Untuk segera memanggil ambulans. Dorodjatun pun langsung dibawa Ke George Washington Hospital.
Ke Fasilitas Medis, para Ahli Kemakmuran berpacu melawan waktu. Dada sang Sultan dihentak, berbagai prosedur darurat dijalankan. Akan Tetapi, satu jam berlalu tanpa hasil. Seorang Ahli Kemakmuran akhirnya keluar Didalam wajah muram dan menyampaikan kabar yang tak ingin didengar siapa pun:
Dorodjatun, atau yang lebih dikenal sebagai Sultan Hamengkubuwono IX, wafat Ke 2 Oktober 1988, tepat hari ini 37 tahun lalu, akibat serangan jantung mendadak.
Kabar itu seketika menjalar lintas benua. Ke Jakarta, tangis langsung pecah tatkala sekretaris pribadi Sultan HB IX Menyambut telepon Ke dini hari tanggal 3 Oktober.
“Meity Minami, sekretaris pribadi Sultan, langsung menjerit dan pecah tangisnya mengejutkan seisi Tempattinggal dua lantai, tempat Sultan menghabiskan waktunya kalau Lagi Ke Jakarta,” ungkap Julius Pour Di autobiografi Takhta Untuk rakyat: celah-celah kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX (1982).
Indonesia kehilangan bukan hanya seorang raja Jawa, tetapi juga negarawan yang pernah menjabat Wakil Pemimpin Negara RI dan menjadi salah satu tokoh Kunci Di mempertahankan republik Ke masa-masa genting.
AS Turut Berduka
Salah satu cuplikan yang tak diketahui banyak orang soal kematian Sultan adalah respons Amerika Serikat. Sebagai Bangsa tempat meninggalnya Sultan, respons Gedung Putih ternyata luar biasa dan tak disangka-sangka.
Usai Menyambut nota diplomatik Didalam RI, AS langsung memutuskan Melakukan Pemberian Misi Udara Khusus (Special Air Mission Support) Untuk mengantar kepulangan Sultan. Di surat rahasia bertanggal 4 Oktober 1988 yang kini sudah dibuka Untuk publik, Sekretaris Eksekutif Gedung Putih Melvyn Levitsky Membeberkan, AS melakukan demikian sebagai bentuk penghormatan dan citra baik Bangsa.
“Hal ini Akansegera dipandang luas Ke Indonesia sebagai bentuk niat baik Amerika dan penghormatan Di seorang tokoh yang memadukan peran penguasa Jawa turun-temurun, sekaligus pahlawan nasional, pejuang kemerdekaan, serta Wakil Pemimpin Negara pasca-kemerdekaan dan Gubernur Yogyakarta,” tulis Melvyn.
Untuk AS, Sultan adalah tokoh besar yang sangat populer dan unik Ke Indonesia. Banyak orang menaruh hormat kepadanya, terlebih almarhum punya jasa besar Untuk Indonesia.
“Sultan berusia 76 tahun adalah tokoh unik dan populer Di sejarah Indonesia. […] Lantaran atas alasan ini, Sultan sangat dihormati Ke seluruh Indonesia dan Mungkin Saja hanya kalah Didalam Pemimpin Negara Soeharto sendiri Di hal rasa hormat dan Apresiasi Didalam Kelompok Indonesia Ke umumnya,” tulis Sekretaris Eksekutif Gedung Putih, George P. Cole, Di surat “MEMORANDUM FOR DIRECTOR, WHITE HOUSE MILITARY OFFICE” tanggal 3 Oktober 1988.
Pemerintah AS Lalu menyiapkan Air Force Two, pesawat berkelir putih dan biru, lengkap Didalam pengawalan jet tempur, Untuk membawa jenazah Sultan dan keluarga Ke Tanah Air. Air Force Two adalah tanda panggil atau sebutan Untuk pesawat khusus Wakil Pemimpin Negara AS.
Ke Pada bersamaan, AS juga mengutus Duta Besar-nya Ke Indonesia bertemu langsung Soeharto Untuk menyampaikan duka cita atas nama Pemimpin Negara Ronald Reagan. AS mengatakan Akansegera memfasilitasi sepenuhnya kepulangan jenazah Wakil Pemimpin Negara Ke-3 RI itu, Didalam Washington DC Ke Jakarta.
Akan Tetapi, Pemimpin Negara Soeharto meminta agar pesawat itu hanya mengantarkan jenazah hingga Hawaii. Didalam sana, jenazah Akansegera dibawa pulang Ke Indonesia menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Pemerintah AS pun menghormati keputusan itu.
Ke 5 Oktober 1988, Air Force Two lepas landas membawa jenazah Sultan Hamengkubuwono IX. Penghormatan militer penuh diberikan. Ke Hawaii, upacara kehormatan kembali digelar Sebelumnya jenazah diserahkan kepada pihak Indonesia. Tak hanya itu, seluruh biaya ditanggung penuh Didalam pemerintah AS.
“Pemberian pesawat ini sebaiknya diberikan tanpa biaya penggantian (non-reimbursable),” tulis Gedung Putih.
Jenazah Sultan Lalu sampai Ke Jakarta keesokan harinya dan langsung dimakamkan Ke Yogyakarta Ke 8 Oktober 1988. Sepanjang jalan, ribuan warga tumpah Ke jalan mengantarkan ambulans Ke tempat peristirahatan terakhir. Mereka menangis melepas kepergian raja Jawa yang sangat bijaksana dan sederhana. Sesudah itu, sosok Sri Sultan HB IX yang pernah menyamar menjadi supir truk dan Kesenangan jajan Ke pinggir jalan kini tinggal kenangan.
Next Article
Orang Kalsel Bernasib Tragis Usai Temukan Harta Karun Rp 15 Triliun
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Saking Hormatnya, Amerika Bawa Jenazah Raja Jawa Naik Air Force II