– Meski berukuran kecil, nyamuk terbukti menjadi salah satu hewan paling mematikan Untuk manusia. Mengutip situs resmi World Mosquito Inisiatif, setiap tahun serangga ini menginfeksi Di 700 juta orang dan menyebabkan lebih Untuk 1 juta kematian.
Krisis Lingkungan, Perdagangan Bebas, dan urbanisasi membuat Pertumbuhan nyamuk berkembang cepat Supaya ancamannya Pada manusia kian besar lewat berbagai Penyakit. Atas dasar itu, setiap 20 Agustus dunia memperingati Hari Nyamuk Internasional.
Akan Tetapi, persoalan nyamuk sejatinya bukanlah hal Terbaru.
Sebelum ratusan tahun lalu, serangga kecil ini sudah menjadi momok mematikan. Ke abad Ke-18, Ke Jakarta (dulu Batavia), ribuan orang tewas akibat diserang nyamuk. Situasinya begitu parah hingga penduduk digambarkan seakan harus “berperang” melawan nyamuk Untuk bertahan hidup.
Bagaimana kisahnya?
Kesalahan Individu Tata Ruang Kota
Sebelum ditetapkan sebagai pusat kekuasaan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Ke 1621, Jakarta dirancang agar menyerupai kota-kota Ke Belanda. Tujuannya Menyediakan kenyamanan Untuk orang Belanda yang tinggal Ke tanah jajahan.
Mulai 1700-an, VOC membangun kota Didalam pola kanal seperti Ke Den Haag dan Amsterdam. Kanal-kanal ini berfungsi sebagai sarana transportasi. Sambil Ke sisinya berdiri Tempattinggal-Tempattinggal dan pepohonan rindang.
Pemandangan kota seperti ini kelak membuat para orang Belanda dan Eropa lain terpukau. Menurut Mona Lohanda Untuk Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia (2007), mereka Setelahnya Itu menyebut Jakarta sebagai Ratu Untuk Timur (Koningin van het Oosten). Saking indahnya.
Akan Tetapi, Ke balik keindahan itu tersimpan Kesalahan Individu fatal. VOC lupa Jakarta berada Ke Daerah tropis yang lembap dan rawan Penyakit. Kanal-kanal justru menjadi tempat ideal perkembangbiakan nyamuk. Lebih parah lagi, buruknya sanitasi membuat limbah Tempattinggal tangga langsung dibuang Ke kanal dan menciptakan bom waktu Untuk Kesejaganan penduduk.
Dampaknya, wabah mematikan merebak. Menurut Susan Blackburn Untuk Jakarta: Sejarah 400 Tahun (2011), Penyakit itu terutama menyerang orang-orang Belanda dan Eropa tanpa pandang bulu. Mulai Untuk pedagang, pegawai, hingga pejabat tinggi. Sambil orang pribumi relatif lebih kebal.
Tahun 1733, tercatat 3.000 orang meninggal. Untuk kurun 1733-1738, 14 pejabat dan dua gubernur jenderal VOC turut menjadi korban. Kala itu, penyebab Penyakit belum diketahui, begitu pula cara penyembuhannya. Situasi tragis ini Malahan Dikatakan lumrah. Blackburn menulis Kelompok Jakarta tak merasa terkejut bila mendengar kenalannya meninggal.
Berubah Karena Itu Kuburan
Wabah membuat Jakarta dijuluki “kuburan orang Eropa”. Karya ekonomi terhenti Sebab banyak pedagang enggan berlabuh Ke pelabuhan Sunda Kelapa. Tak sedikit Untuk mereka yang tewas hanya beberapa hari Setelahnya tiba Ke Jakarta.
Menurut Blackburn, sebagian besar warga Eropa kala itu mengira penyebab Penyakit adalah udara busuk, Supaya mereka menutup Pertemuan jendela dan tirai Tempattinggal
Tekanan akibat wabah akhirnya memaksa VOC memindahkan pusat kekuasaan dan hunian Untuk kawasan Kota Tua Ke Daerah yang lebih selatan, yakni Molenvliet (kini Jl. Gajah Mada), Weltevreden (Gambir), hingga Jatinegara. Kanal-kanal lama yang Dikatakan membawa Penyakit Setelahnya Itu ditimbun, dan Situasi Kesejaganan berangsur membaik.
Belakangan, ilmu pengetahuan Menginformasikan Penyakit disebabkan Didalam malaria yang ditularkan Didalam nyamuk Anopheles. Pola tata kota Jakarta yang dipenuhi kanal dan minim sanitasi menjadi pemicu utama penyebaran nyamuk dan Penyakit tersebut.
Next Article
Tragedi Baju Lebaran Berakhir Merenggut Nyawa, Heboh Ke Zaman Belanda
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Teror Serangan Nyamuk Ganas, 3.000 Orang Tewas-Kota Karena Itu Kuburan