– Melakukan transaksi Di berbelanja kini bisa dilakukan Bersama banyak cara. Umumnya menggunakan uang tunai, juga pembayaran Bersama kartu debit atau kredit, hingga Lewat Alat mobile. Ternyata cara bertransaksi itu Menyediakan efek psikologis yang berbeda.
Belanja Bersama uang tunai disebut-sebut berkaitan Bersama pusat nyeri Ke otak. Simak penjelasannya.
Menurut Carin Rehncrona seorang pengajar Ke Departement of Sercives Studies Ke Lund University mengungkapkan, uang tunai bisa membuat anda lebih menghemat pengeluaran. Ini tertuang Di artikelnya berjudul “Uang Tunai Memang Tidak Praktis Tapi Bisa Menghemat Pengeluaran“, yang diterbitkan The Conversation, 14 Februari 2025 lalu.
Dia menjabarkan, Di Kajian yang dilakukan Bersama cara Memperhatikan perilaku transaksi Kelompok Sebelum tahun 2.000-an, membuktikan individu yang membawa uang tunai atau kartu prabayar Memiliki intensi belanja yang lebih sedikit. Hal itu juga diperkuat Di studi yang sama Bersama Mengusut kwitansi konsumen Di toko kelontong.
Kajian juga Menunjukkan, kesediaan Untuk membayar (jumlah maksimum yang bersedia dibelanjakan konsumen Untuk suatu produk atau layanan) lebih condong Hingga kartu debit dibandingkan tunai.
Uang Tunai Aktifkan Sel Pusat Nyeri Ke Otak?
Dijelaskan, ada efek “Pain of Payment” atau rasa tidak nyaman secara psikologis Lantaran kehilangan uang Ke Di membayar Di menggunakan uang tunai. Pasalnya uang tunai Memiliki sifat yang lebih nyata dibandingkan pembayaran Bersama kartu kredit.
“Malahan ada yang berpendapat bahwa ketika pembayaran dan konsumsi terjadi Di waktu singkat dan pembayaran Bersama uang tunai lebih bersifat nyata, maka jika Merasakan kesulitan membayar Memangkas intensi konsumsi,” tulis artikel itu, dikutip, Senin (18/8/2025).
Carin Menunjukkan, penggunaan uang tunai terbukti mengaktifkan sel pusat nyeri Ke otak.
Meski beberapa peneliti skeptis dan menganggap persepsi rasa sakit sebagai akibat Di kurangnya respons imbalan, atau Di otak mengasosiasikan suatu tindakan Bersama perasaan senang atau tidak.
“Respons ini jauh lebih banyak aktif Lewat Kegiatan penggunaan kartu kredit dibandingkan Bersama uang tunai,” tulis Carin.
Terjadi Pergeseran
Akan Tetapi, seiring pergeseran waktu, ternyata efek psikologis yang ditimbulkan uang tunai dan kartu kini Lebih melemah. Sebab, orang-orang mulai terbiasa Bersama penbayaran digital atau non-tunai.
Pembayaran seluler atau mobile juga Memiliki efek yang mirip Bersama kartu kredit atau debit. Artinya pembelanjaan cenderung lebih tinggi dibandingkan uang tunai.
Hanya saja Bersama adanya fitur Di notifikasi Ke Alat anda, membuat rasa ingin berbelanja Lebih menurun. Notifikasi yang muncul Ke Smart Phone ataupun jam tangan pintar Menyediakan efek yang hampir sama ketika anda berbelanja menggunakan jam tangan, Supaya mampu menekan nafsu berbelanja.
Ke sisi lain, Carin juga melakukan Studi Ke Swedia. Di beberapa konsumen anak muda yang berumur 20 – 26 tahun merasa transaksi tunai tidak berpengaruh Ke seluruh dana yang mereka miliki. Pasalnya konsumen muda Di ini terbiasa melihat Kegiatan mereka Ke riwayat transaksi yang muncul Ke Smart Phone mereka.
Mereka merasa, uang digital lebih terasa sebagai uang sungguhan Untuk demografi yang lebih muda.
“Ini Menunjukkan preferensi metode pembayaran berbeda antar generasi yang tergantung Ke kebiasaan dan Ilmu Pengetahuan,” sebutnya.
“Lantaran Studi Sebelumnya Itu Menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran cenderung lebih tinggi Ke metode non-tunai, Bisa Jadi Manajer toko dapat Merencanakan Untuk mempromosikan pembayaran non-tunai. Ibarat pedang bermata dua, keputusan Untuk tidak Merasakan uang Alattulis dan koin pun berarti mereka kehilangan penjualan ketika konsumen muda ingin “membuang” uang mereka”,” tulisnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Uang Tunai Aktifkan Sel Sakit Ke Otak, Waspadai Efek 2 Mata Pedang