loading…
KAI sebagai pemegang saham mayoritas kereta cepat Whoosh kini didorong mencari solusi agar tidak kian terjerat utang Hingga China. FOTO/dok.SindoNews
Pengamat BUMN Universitas Indonesia (UI), Toto Pranoto, Berkata dukungannya Pada langkah Badan Pengelola Penanaman Modal (BPI) Danantara Sebagai membantu restrukturisasi utang KCJB. Menurutnya, setidaknya ada tiga opsi yang bisa menjadi jalan keluar Untuk KAI: Pembuatan kawasan, peningkatan okupansi Whoosh, dan divestasi sebagian saham pemerintah kepada investor strategis.
Toto menilai Pembuatan kawasan berbasis Transit Oriented Development (TOD) menjadi opsi paling realistis Sebagai menciptakan sumber pendapatan Mutakhir Hingga luar penjualan tiket. “Misalnya Hingga kawasan Halim atau stasiun pemberhentian lainnya, Pembuatan TOD bisa dilakukan Dari anggota konsorsium, seperti WIKA, yang Memperoleh akses dan konsesi lahan,” ujarnya Di dihubungi SindoNews, Hingga Jakarta, Sabtu (23/8).
Baca Juga: KAI Digrogoti Utang Whoosh Hingga China, Bayar Bunga Rp2 Triliun per Tahun
Ia mencontohkan model Usaha Japan Railways East (JR-East) yang sukses meraup pendapatan terbesar bukan Bersama penjualan tiket, tetapi Bersama Pembuatan kawasan sekitarnya, termasuk pusat perbelanjaan dan properti komersial. “Pendapatan konsolidasi JR-East justru sebagian besar datang Bersama pengelolaan kawasan. Prototipe seperti itu bisa ditiru Sebagai memperbaiki arus kas KCJB,” kata Toto.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Tiga Opsi Selamatkan KAI Bersama Jebakan Utang Kereta Cepat China