Warga Minang Bantu Negeri, Ramai-Ramai Sumbang Emas 14 Kg Beli Pesawat




Naskah ini Pada Didalam CNBC Insight, menyajikan ulasan sejarah Sebagai menjelaskan Kebugaran masa kini lewat relevansinya Hingga masa lalu.

Jakarta, CNBC Indonesia – Hingga Di keadaan Negeri yang serba sulit, seperti terjadi Di masa awal kemerdekaan, Komunitas Minangkabau Menunjukkan kepedulian luar biasa. Para warganya, khususnya ibu-ibu, secara sukarela pernah menyumbangkan harta mereka supaya Indonesia terlepas Didalam kesengsaraan. 

Kisahnya bermula Di September 1947. Dikutip Didalam akun resmi Perpustakaan Nasional, kala itu, proklamator yang juga asal Minang, Mohammad Hatta, menggagas pembentukan panitia pengumpulan emas Sebagai membeli pesawat. Setelahnya kemerdekaan, Indonesia memang membutuhkan pesawat Sebagai keperluan Politik Luar Negeri, Konflik Bersenjata, dan angkutan. Jika sudah punya pesawat, maka satu kesulitan bisa terselesaikan. Perjuangan mencapai kemerdekaan sepenuhnya bakal bisa terwujud.

Sayangnya, keuangan pemerintah terbatas. Untuk Kebugaran Konflik Bersenjata dan krisis, alokasi Dana Sebagai membeli pesawat bukan hal tepat. Atas alasan ini, Dukungan Komunitas sangat menolong, termasuk Didalam warga Minang. Permintaan itu Lalu Menarik Perhatian perhatian Komunitas, khususnya kalangan ibu-ibu.

Ibu-ibu Minang sendiri Dari dahulu aktif membeli emas Sebagai ditabung. Tentu, permintaan tersebut dapat Didalam mudah diwujudkan. Tak lama Lalu, terkumpul-lah 14 kilo gram (kg) emas yang nilainya setara Rp 31 miliar Di masa kini.

Menurut Bacaan Awal kedirgantaraan Hingga Indonesia: perjuangan AURI 1945-1950 (2008) seluruh emas tersebut Lalu diserahkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Didalam Dukungan beberapa orang, AURI Lalu terhubung Didalam Paul Keegan, warga Australia yang Untuk menjual satu unit pesawat Avro Anson. Pembelian pun terjadi. Pesawat tersebut Lalu menjadi milik Pemerintah Indonesia Didalam kode penerbangan RI-003. 

AURI Lalu menugaskan penerbang Halim Perdanakusuma dan Iswahyudi Sebagai menjemput pesawat Avro Anson itu Didalam Singapura. Akan Tetapi tugas tersebut tidak mudah Sebab Belanda melakukan blokade udara. Sebagai menghindari pantauan musuh, pesawat terpaksa mengubah rute dan akhirnya berhasil mendarat Hingga Padang, Sumatra Barat.

Dari Di itu, RI-003 langsung difungsikan sebagaimana tujuan awalnya, yakni menjadi alat angkut dan sarana Politik Luar Negeri. Halim dan Iswahyudi Lalu mengoperasikan pesawat tersebut Sebagai menjalin kontak Didalam pemerintah Siam (Thailand) dan Singapura Untuk memperoleh Dukungan senjata serta perlengkapan Konflik Bersenjata yang sangat dibutuhkan Republik.

Misi berbahaya ini mengharuskan mereka berulang kali menembus blokade Belanda. Untungnya, upaya itu berhasil. Didalam Bangkok, mereka Malahan berhasil membawa pulang tambahan peralatan Konflik Bersenjata. Akan Tetapi nasib RI-003 tidak panjang.

Di 14 Desember 1947, Di Halim dan Iswahyudi Untuk Untuk perjalanan kembali Hingga Bukittinggi, pesawat itu Merasakan kecelakaan Hingga Tanjung Hantu, Murok Perak, akibat cuaca buruk. Halim dan Iswahyudi dinyatakan meninggal dunia. 

Sebenarnya, selain warga Minang, pembelian pesawat Di awal kemerdekaan dilakukan juga Didalam Komunitas Aceh. Para orang kaya Aceh banyak mengumpulkan emas hingga 50 kg emas. Emas itu Lalu ditukar Sebagai membeli dua pesawat DC-3. Pesawat hasil patungan warga Aceh itu Lalu dinamai RI-001 dan RI-002. 

(mfa/mfa)

Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Warga Minang Bantu Negeri, Ramai-Ramai Sumbang Emas 14 Kg Beli Pesawat