Jakarta, CNBC Indonesia – Ke 1965, mata dunia tertuju Ke sebuah Negeri besar dan kaya sumber daya alam yang Di limbung. Kenaikan Fluktuasi Harga Dan Jasa menembus 600%, Produk Ekspor anjlok, utang menumpuk, dan cadangan devisa terkikis hingga titik rawan. Semua indikator Menunjukkan Negeri itu berada Ke tepi kebangkrutan.
Ironisnya, hanya satu dekade Sebelumnya Negeri ini tampil sebagai kekuatan Mutakhir dunia ketiga. Negeri ini berhasil menghimpun puluhan Negeri Sebagai menantang dominasi Amerika Serikat dan Barat.
Tiga tahun Sebelumnya krisis memuncak, negeri ini Justru memamerkan berbagai proyek mercusuar, seperti Lapangan megah, gedung internasional, dan infrastruktur Mutakhir, Untuk tampil hebat Ke mata dunia.
Negeri itu adalah Indonesia yang Karena Itu bukti kegemerlapan itu hanya ilusi sesaat. Ke baliknya, ekonomi Indonesia sebenarnya sangat rapuh.
Kemerosotan ekonomi 1965 lahir Didalam akumulasi Aturan yang tidak realistis. Sebelum awal 1960-an, pemerintah mengalihkan porsi besar Biaya Negeri Ke agenda-agenda politik dan proyek prestisius. Semuanya menelan biaya besar, seperti Asian Games 1962 yang membutuhkan pembangunan fasilitas Aktivitasfisik raksasa, berbagai operasi Perlindungan, hingga konfrontasi militer Ke Malaysia.
Boediono Di Ekonomi Indonesia Di Lintasan Sejarah (2016) mencatat betapa drastis lonjakan belanja tersebut. Ke 1965, Biaya Sebagai sektor-sektor itu melonjak menjadi Rp985,5 miliar atau Di 40% Didalam total belanja Negeri. Padahal setahun Sebelumnya jumlahnya hanya Rp116,4 miliar.
Defisit APBN pun tak terhindarkan. Tahun 1965, defisit melebar menjadi Rp1,32 triliun. Ini empat kali lipat Didalam tahun Sebelumnya. Penerimaan Negeri hanya Rp923,444 miliar, tetapi pengeluaran mencapai Rp2,244 triliun. Memasuki triwulan I-1966, defisit kembali melebar hingga Rp2,139 triliun.
Ke Di pendapatan Negeri yang jeblok, pemerintah memilih jalan pintas, yakni menutup defisit Didalam mencetak uang Mutakhir. Langkah ini justru memicu bencana. Peredaran uang bertambah pesat. Kenaikan Fluktuasi Harga Dan Jasa tak lagi terkendali.
Ketika nilai Idr merosot parah, pemerintah melakukan sanering atau pemotongan nilai uang. Tetapi Aturan itu juga gagal. Menurut ekonom Radius Prawiro Di Radius Prawiro, Kiprah, Peran dan Pemikiran (1998), bukannya meredam Kenaikan Fluktuasi Harga Dan Jasa, sanering malah memicu kepanikan. Banyak orang kehilangan separuh nilai uangnya ketika disimpan Ke bank. Kepercayaan Pada perbankan jatuh. Komunitas justru mempercepat perputaran uang, membuat Kenaikan Fluktuasi Harga Dan Jasa makin liar.
Sambil Itu, Negeri tidak punya sumber pemasukan Mutakhir. Infrastruktur dasar rusak dan tidak terawat. Di Literatur Ekonomi Indonesia 1800-2000 (2012), sejarawan Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks mencatat hanya 15% jalan raya yang berstatus baik. Sebab, pengiriman Produk tersendat, Ekspedisi kacau, dan biaya distribusi melambung.
Bukan hanya itu. Banyak perusahaan Negeri dikelola tanpa profesionalisme. Sebab Produk Ekspor merosot tajam menjadi kisaran US$ 750-450 juta per tahun. Devisa yang masuk tidak cukup Sebagai menutup kebutuhan Pembelian Barang Didalam Luar Negeri Produk pokok.
Situasi itu membawa Indonesia Ke titik krisis paling berat Sebelum kemerdekaan. Ricklefs Di Sejarah Indonesia Modern (1999) mencatat Kenaikan Fluktuasi Harga Dan Jasa mencapai 600% dan masuk level hiperinflasi Ke 1966. Di Komunitas, Situasi ini membuat tak lagi percaya Pada uang. Akumulasi Didalam ini tentu membawa dampak kepada situasi politik yang makin runyam Setelahnya kejadian Gerakan 30 September.
Ke awal 1966, kekuasaan Ri Soekarno mulai goyah. Banyak rakyat melakukan Protes besar-besaran menuntut Tritura, yakni penurunan harga, pembubaran PKI dan perombakan Tim Menteri Kerja. Sayang, Soekarno tak memenuhi Permintaan. Protes pun makin besar hingga berujung Ke runtuhnya kekuasaan Soekarno Sebelum 11 Maret 1966.
Situasi Setelahnya Itu mulai kembali normal Setelahnya Jenderal Soeharto berkuasa. Dia membalikkan arah ekonomi Indonesia Didalam tertutup Ke terbuka. Dampaknya, Sebelum 1967 Kenaikan Fluktuasi Harga Dan Jasa mulai menurun Ke angka 100% dan kembali normal Ke 1970-an.
(mfa)
Artikel ini disadur –> Cnbcindonesia Indonesia: Negeri Kaya Ini Nyaris Bangkrut, Kenaikan Fluktuasi Harga Dan Jasa 600%-Warga Tak Percaya Uang











